A.
Pengertian Konsumen
Dalam
dunia marketing konsumen adalah hal yang perlu diperhatikan, jika suatu
perusahaan atau pedagang tidak memiliki konsumen, maka akan sia-sia barang yang
diperdagangkan. Oleh karena itu agar dapat memahami konsumen maka harus
mengerti itu konsumen dan siapa konsumen itu. Berikut ini adalah pengertian
konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:
1.
Pengertian Konsumen menurut Philip
Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan
rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi
pribadi
Menurut
pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga,, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.”
2.
Pengertian Konsumen menurut James F
Engel, Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara
langsung terlibata dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang mendahuli dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut (1988:8)
3.
Pengertian Konsumen menurut David L
Loundon, Perilaku konsumen dapat di Definisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang
atau jasa (1984:6)
4.
Pengertian Konsumen Gerald
Zaltman, Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial
yang di lakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan
suatu produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman dengan produk,
pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6)
Dari
beberapa Definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individum,
kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mendapakan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonimi yang dafat di
pengaruhi lingkungan.
B.
Definisi Sikap Konsumen
Sikap
merupakan kecenderungan yang dipelajari, ini berarti bahwa sikap yang berkaitan
dengan perilaku membeli terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung
mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain atau
terpapar oleh iklan di media masa, internet dan berbagai bentuk pemasaran
langsung.
Karakteristik sikap antara lain :
1.
Sikap memiliki objek
Di dalam
konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek, objek tersebut
bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk,
merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, media dan sebagainya.
2.
Keyakinan sikap
Keyakinan
adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya
3.
Sikap dan situasi
Situasi akan
mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek. Situasi tertentu dapat
menyebabkan para konsumen berperilaku dengan cara yang kelihatannya tidak
konsisten dengan sikap mereka.
C. Fungsi-fungsi
Sikap
1.
Fungsi Utilitarian
Merupakan
fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini
konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu
produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. Jika seseorang menyukai suatu
produk apakah dia akan mengembangkan sebuah sikap positif terhadap produk
tersebut.
2.
Fungsi Ekspresi Nilai
Konsumen
mengembangkan sikap terhadap suatu produk bukan didasarkan atas manfaat produk
itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan
nilai-nilai yang ada pada dirinya.
3.
Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang
dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan
eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan
ego.
4.
Fungsi Pengetahuan
Melalui
sikap yang ditunjukkan akan dapat diketahui bahwa dirinya memiliki pengetahuan
yang cukup, yang banyak atau tidak tahu sama sekali mengenai objek sikap.
Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan
kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan
kebutuhannya.
D. Model Struktural Sikap
1. Model Sikap Tiga Komponen
Sikap ini terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu:
a)
Komponen kognitif
Komponen ini
terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek. Kepercayaan
atribut tentang suatu produk biasanya dievaluasi secara alami. Semakin positif
kepercayaan terhadap suatu merek dan semakin positif setiap kepercayaan, maka
akan semakin mendukung keseluruhan sikap tersebut.
b)
Komponen afektif
Merupakan
emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu. Emosi dan
perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluative
sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap obyek sikap secara
langsung dan menyeluruh.Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek,
c)
Komponen perilaku
Komponen ini adalah respon dari
seseorang terhadap obyek atau aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau
tidaknya suatu produk akan memperlihatkan komponen behavioral.Kepercayaan
merek, evaluasi merek dan maksud untuk membeli merupakan tiga komponen sikap.
Kepercayaan merek adalah komponen kognitif dari sikap, evaluasi merek adalah
komponen afektif atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen
konatif atau tindakan.
2.
Teori
Usaha Mengkonsumsi
Suatu teori
sikap yang dirancang untuk menjelaskan berbagai kasus di mana tindakan atau
outcome tidak pasti, tetapi sebaliknya merefleksikan usaha konsumen untuk
mengkonsumsi merupakan (atau membeli). Dimaksudkan untuk menerangkan berbagai
kejadian dari tindakan atau hasil tindakan yang tidak pasti tetapi sebaliknya
kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen untuk mengkonsumsi atau membeli.
3.
Model
Sikap terhadap Iklan
Dalam usaha
memahami dampak iklan atau sarana promosi lainnya seperti katalog pada sikap
konsumen pada berbagai produk atau merek tertentu. Konsumen membentuk berbagai
perasaan (pengaruh) dan pertimbangan kognisi sebagai akibat keterbukaan
terhadap iklan. Perasaan dan pertimbangan ini akhirnya mempengaruhi sikap
konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap merek yang diperoleh dari iklan.
E.
Tingkat Keterlibatan Konsumen
Tingkat
komitmen pada sebuah sikap berhubungan dengan keterlibatan konsumen terhadap
objek sikap. Konsumen lebih suka mempertimbangkan merek yang menyebabkan sikap
positif yang kuat. Tingkat-tingkat keterlibatan konsumen :
1.
Compliance, tingkat terendah keterlibatan
Pada
tingkatan ini, sikap dibentuk konsumen atas dasar keinginanny auntuk
mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman dari pihak lain. Sikap yang ada
tidak dalam dan hanya bersifat permukaan saja, sehingga ketika pihak lain yang
mendorongnya bersikap seperti itu tidak ada, maka sikapnya akan kembali seperti
sikap yang sebenarnya. Contoh seorang anak akan memilih permen seperti anjuran
orang tuanya ketika berbelanja dengan orang tuanya, tetapi ketika dengan
teman-temannya ia kembali akan membeli permen karet kesukaannya.
2.
Identifikasi
Pada
tingkatan ini, sikap dibentuk oleh konsumen atas dasar keinginannya agar dapat
menyesuaikan dengan orang lain atau kelompok. Pada tingkatan ini sikap relatif
cukup sulit untuk diubah. Contoh seorang remaja membeli celana jeans merk
Levi’s atas dasar keinginannya untuk mencontoh atau meniru teman-temannya yang
juga mengenakan celana jeans merek tersebut. Dia berharap dengan memakai celana
jeans merek tersebut akan diterima oleh teman-temannya.
3.
Internalisasi , tingkat tertinggi keterlibatan
Keterlibatan
tinggi karena sikap yang dibentuk telah diinternalisasi dan dianggap sebagai
bagian dari sistem nilai pribadinya. Contoh seorang konsumen memiliki sikap
positif terhadap makanan sereal , yang didasarkan pada keyakinannya bahwa
makanan yang sehat adalah yang mengandung serat dan dia yakin bahwa sereal
termasuk makanan yang banyak mengandung serat. Sikap ini sulit diubah karena
sudah masuk menjadi bagian dari sistem nilai dan keyakinan individu.
F.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Faktor-faktor
yang berperan penting dalam pembentukan sikap, yaitu :
1. Pengaruh
Keluarga
Keluarga
memiliki peran penting dalam pembentukan sikap maupun perilaku. Keluarga merupakan
lingkungan yang paling dekat karena konsumen melakukan interaksi lebih intensif
dibandingkan dengan lingkungan lain. Beberapa penelitian mengungkapkan sikap
konsumen terhadap produk tertentu memiliki hubungan yang kuat dengan sikap
orang tuanya terhadap produk tersebut.
2. Pengalaman langsung
Pengalaman
individu mengenai obyek sikap dari waktu ke waktu akan membentuk sikap tertentu
pada individu.
3.
Kelompok teman sebaya (Peer Group Influences)
Teman sebaya
punya peran yang cukup besar terutama bagi remaja dalam pembentukan sikap.
Adanya kecenderungan untuk mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya,
mendorong para remaja mudah dipengaruhi oleh kelompoknya dibandingkan
sumber-sumber lainnya.
4. Pemasaran
langsung
Mulai
banyaknya perusahaan yang menggunakan pemasaran langsung atas produk yang
ditawarkan secara tidak langsung berpengaruh dalam pembentukan sikap konsumen.
5.
Kepribadian
Kepribadian
individu memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap.
6. Tayangan
Media Massa
Media
massa ini sangat penting dalam pembentukan sikap, maka pemasar perlu mengetahui
media apa yang biasanya dikonsumsi oleh pasar sasarannya dan melalui media
tersebut dengan rancangan pesan yang tepat, sikap positif dapat dibentuk.
G.
Memprediksi Perilaku Dengan Sikap
1.
Tingkat Keterlibatan Konsumen
Jika tingkat
keterlibatan konsumen terhadap suatu obyek sikap tinggi (misalnya produk), maka
perilakunya cenderung akan sesuai dengan sikapnya yang cenderung kuat.
2.
Pengukuran sikap
Jika
pengukuran sikap valid dan reliabel dan mempunyai tingkat abstraksi yang sama
dengan pengukuran perilaku serta dalam waktu yang relatif dekat atau bersamaan
waktunya, maka sikap dapat digunakan untuk memprediksi perilaku.
3.
Pengaruh orang lain
Orang lain
yang mempunyai pengaruh kuat dalam kondisi tertentu dapat mempengaruhi sebuah
sikap yang negatif menghasilkan perilaku yang positif. Contoh seorang anak
tidak suka pada produk pakaian merek A, namun karena orang tua atau kakaknya
mempengaruhinya untuk memlih dan membeli merek B, maka meskipun sikapnya
positif terhadap merek A, namun perilakunya tidak positif.
4.
Faktor situasional
Kondisi yang
mendesak dan situasi yang tidak mendukung (dalam kondisi berduka /sakit maupun
gembira) seringkali menyebabkan sikap tidak dapat digunakan untuk memprediksi
perilaku.
5.
Pengaruh merek lain
Merek lain
yang lebih unggul dalam memberikan manfaat yang diharapkan seringkali
mempengaruhi hubungan sikap dengan perilaku. Konsumen bisa memilih merek
lain karena setelah dipilih dan dirasakan ternyata sesuai dengan yang
diharapkan konsumen.
6.
Kekuatan sikap
Sikap dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku, ketika sikap tersebut sangat kuat ada
pada konsumen.
H.
Strategi Perubahan Sikap
Perubahan
sikap dipengaruhi oleh berbagai pengalaman pribadi dan berbagai sumber
informasi lainnya. Kepribadian mempengaruhi penerimaan maupun kecepatan
perubahan sikap. Dan konsumen sesara konstan dibombardir oleh pesan yang
mempengaruhi mereka agar merubah sikap. Fokus perhatian dalam perubahan sikap
ini adalah beberapa aspek dasar dari komunikasi yang secara khusus membantu
menentukan bagaimana dan bila konsumen dengan sikap baru atau memperbaiki sikap
yang ada sekarang. Usaha persuasi merupakan pusat dari berbagai tujuan
komunikasi pemasaran.
Strategi
perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan
tinggi, maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha
mengarahkan audiens untuk produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan
mentransformasi situasi ke arah keterlibatan konsumen yang tinggi. Adapun
strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tertentu dilakukan
dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang mengikuti alur proses
komunikasi yang efektif. Perubahan sikap dapat dilakukan melalui 5 (lima)
strategi berikut :
- Mempengaruhi persepsi konsumen yang berkaitan dengan fungsi sikap yaitu fungsi manfaat, fungsi citra diri, fungsi nilai-nilai, fungsi pengetahuan. Agar terbentuk sikap positif pada konsumen, maka dalam mempromosikan produk sebaiknya pemasar memperhatikan aspek fungsi sikap.
2.
Menghubungkan produk dengan kelompok
atau acara yang dikagumi. Sikap dihubungkan dengan sebagian atau berbagai
golongan, peristiwa sosial, atau kegiatan amal tertentu.
3.
Memecahkan masalah dua sikap yang
bertentangan
Para
konsumen dapat diyakinkan bahwa sikap mereka yang negatif terhadap produk atau
merek tertentu sebetulnya tidak bertentangan dengan dengan sikap yang lain,
mereka dapat dibujuk untuk merubah penilaian mereka terhadap merek tersebut (
beralih dari sikap negatif ke sikap positif ).
4.
Mengubah komponen multi atribut
Untuk
mengubah sikap konsumen pemasar menambah atribut pada produknya dengan
melengkapi manfaat atau hal lain yang dapat meningkatkan keunggulan produknya.
5.
Mengubah keyakinan konsumen terhadap
merek pesaing
Pemasar
untuk mengubah sikap konsumennya dapat membandingkan produknya dibandingkan
produk lain, dengan harapan agar konsumen berubah keyakinannya/ kepercayaannya
terhadap merek pesaing.
I.
Perilaku Dapat Mendahului Pembentukan Sikap
Disini
komunikasi pemasaran harus diarahkan untuk memberikan kepercayaan dan evaluasi
yang membantu para konsumen untuk merasa puas dengan pilihan mereknya.
1.
Dilihat dari Teori Disonansi
Kognitif
Menyatakan
bahwa ketidak-nyamanan (discomfort) atau disonansi terjadi pada saat seorang
konsumen menghadapi pemikiran yang bertentangan tentang suatu keyakinan atau
suatu obyek sikap. Disonansi kognitif terjadi setelah seorang konsumen
membuat suatu komitmen pembelian.
Runyon dalam
Assael (1992) menyebutkan 5 strategi untuk memberikan dukungan informasi
setelah pembelian dan oleh karena itu ketidakcocokan akan berkurang, yaitu:
a. Berikan
tambahan saran dan informasi produk untuk pemeliharaan produk melalui brosur
atau iklan.
b. Berikan
jaminan untuk mengurangi keragu-raguan.
c.
Memastikan pelayanan yang baik dan tindak lanjut dengan segera atas komplain
untuk memberikan dukungan pasca pembelian.
d.Iklankan
keandalan kualitas dan kinerja produk untuk menentramkan pembeli baru.
e. Tindak
lanjut setelah pembelian dengan kontak langsung untuk meyakinkan pemahaman
konsumen bagaimana menggunakan produk dan memastikan kepuasannya.
2.
Dilihat dari Teori Atribusi
Suatu
teori tentang bagaimana orang menempatkan korban atas peristiwa dan membentuk
atau merubah sikap mereka sebagai suatu outcome atas penilaian perilaku mereka
sendiri atau orang lain. Teori ini menyatakan bahwa konsumen kemungkinan akan
menerima pujian atas hasil yang memuaskan (internal attribution) dan akan
menyalahkan orang lain atau produk untuk suatu kegagalan (external
attribution).